Industri makanan dan minuman mengalami pertumbuhan positif dalam rentang waktu setahun terakhir. Pada kuartal I-2021 persentasenya mencapai angka 2.45%, menjadi salah satu yang tertinggi di antara industri pengolahan lainnya. Bahkan pertumbuhannya konsisten sejak kuartal II-2020.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), industri paling banyak menyerap tenaga kerja selama pandemi. Proporsinya mencapai angka 3,75% di tahun 2020. Jika dibandingkan dengan data tahun 2019 dengan persentase 3,74%, maka terjadi peningkatan sebesar 0,01%. Hal tersebut menunjukkan bahwa industri makanan dan minuman masih terus eksis di dunia bisnis.
Dari sisi investasi, industri makanan dan minuman menampung dana yang cukup besar pada kuartal I-2021. Menurut data Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) realisasinya mencapai angka Rp36,6 triliun atau 8,3% dari total Rp442,76 triliun. Meningkat sebesar 23,6% dari tahun sebelumnya meski industri makanan dan minuman sedang digempur oleh pandemi.
Sementara dari sisi utilitas atau kepuasan konsumen, industri makanan dan minuman bahkan mencapai persentase sebesar 89%. Angka tersebut bisa didapat karena permintaan yang terus meningkat baik itu dari pasar domestik maupun pasar internasional.
Meski demikian, industri ini juga mengalami sejumlah tantangan karena daya beli masyarakat cukup menurun drastis akibat penurunan kondisi ekonomi masyarakat yang terdampak pandemi. Pertumbuhannya turun hingga -5,52%. Meski konsumsi rumah tangga mulai membaik pada kuartal I-2021, namun masih terjadi penurunan dengan persentase 2,23%.
Data memang menunjukkan kenaikan dan penurunan, namun dapat dikatakan bahwa industri makanan dan minuman di Indonesia masih bergerak positif. Diharapkan kedepannya pertumbuhan industri ini akan terus meningkat karena masyarakat sudah mulai mampu beradaptasi dan bangkit perlahan-lahan sehingga ekonomi negara juga bisa membaik.
Walau demikian, masih ada beberapa kendala yang dihadapi, salah satunya adalah kendala dalam proses ekspor produk karena kurangnya alat dan transportasi pengiriman seperti kontainer dan kapal. Krisis komoditas juga terjadi karena ketidakseimbangan pasokan dan permintaan akibat pandemi. Ekspor adalah penyuplai besar bagi pemasukan negara, maka permasalahan tersebut harus segera diatasi.